Rabu, 08 Januari 2020

Struktur Teks “Rumah Tanpa Jendela”

Kabid Dikdas
Teks ulasan adalah teks yang mengulas sebuah fenomena ataupun sesuatu misalnya buku, film, dan lain sebagainya. Untuk dapat mengulas sebuah karya diperlukan sikap kritis. Sikap kritis pada dasarnya merupakan kepekaan terhadap sesuatu di sekitar kita. Karena daya analisisnya yang tajam, seseorang yang bersikap kritis selalu berusaha menemukan sesuatu yang terbaik atau ideal. Sikap kritis tersebut tidak pernah terlepas dari norma, etika, dan/atau aturan hidup yang berlaku di dalam masyarakat. Seseorang yang bersikap kritis harus memiliki mental yang kuat, yang juga siap mendapat kritikan dari orang lain. Artinya harus siap menerima dengan jiwa besar setiap kritikan dan masukan untuk membangun jati diri sebagi manusia tangguh.

Pada teks “Dongeng Utopia Masyarakat Borjuis”, diawali oleh orientasi (orientation), diikuti tafsiran isi (interpretative recount), kemudian evaluasi (evaluation). Di bagian akhir, teks ditutup dengan rangkuman (evaluative summation). Dengan demikian struktur yang membangun sebuah teks ulasan itu adalah orientasi^tafsiran isi^evaluasi^rangkuman. 

Bagian orientasi berisi gambaran umum karya sastra yang akan diulas. Gambaran umum karya atau benda tersebut bisa berupa paparan tentang nama, kegunaan, dan sebagainya. Tafsiran isi memuat pandangan pengulasnya sendiri mengenai karya yang diulas. Pada bagian ini penulis biasanya membandingkan karya tersebut dengan karya lain yang dianggap mirip. Penulis juga menilai kekurangan dan kelebihan karya yang diulas.

Selanjutnya, pada bagian evaluasi dilakukan penilaian terhadap karya, penampilan, dan produksi. Bagian tersebut berisi gambaran terperinci suatu karya atau benda yang diulas. Hal ini bisa berupa bagian, ciri, dan kualitas karya tersebut. Terakhir, pada bagian rangkuman, penulis memberikan ulasan akhir beupa simpulan karya tersebut. Jika digambarkan ke dalam bentuk bagan, struktur teks ulasan adalah sebagai berikut.
No.Struktur TeksKalimat
1.Orientasi 1Tradisi film musikal yang dikembangkan di Hollywood mengacu pada kecenderungan film-film musikal klasik tahun 1930-1960-an, berpaku pada hal-hal yang berlawanan (oposisi biner), terutama berkaitan dengan gender, ras, agama, latar belakang, atau temperamen. Tradisi oposisi biner tersebut tampak dalam film musikal anak-anak “Rumah Tanpa Jendela”. Film tersebut diadaptasi dari cerpen “Jendela Rara” karya Asma Nadia.
2.Orientasi 2Kisah dalam film tersebut terinspirasi dari model biner dalam dongeng moral berjudul The Prince and The Pauper karya Mark Twain. Sang pangeran adalah tokoh Aldo, seorang anak laki-laki dari keluarga kaya-raya dengan sindrom mental, yang membuatnya mengalami “penolakan” dari komunitasnya (anggota keluarga). Aldo mewakili ide paradoks keluarga borjuis yang pemenuhan kebutuhan fisiknya berlebihan, tetapi jiwanya kering dan mengakibatkan dilema personal. Sementara itu, si miskin diwakili oleh tokoh Rara, gadis cilik yang sesekali bekerja sebagai ojek payung di sanggar lukis tempat Aldo belajar. Rara tinggal di sebuah rumah tidak berjendela yang terbuat dari seng, tripleks, dan kayu bekas di salah satu kawasan permukiman kumuh. Rumah itu ditempati Rara bersama nenek (Si Mbok) dan ayahnya. Kondisi rumah tersebut membuat Rara terobsesi untuk memiliki sebuah rumah berjendela. Sebuah impian yang harus ia bayar mahal di kemudian hari.
3.Tafsiran isi 1Mengikuti tradisi opposite attracks, Aldo dan Rara bertemu secara tidak sengaja dalam sebuah kecelakaan kecil. Sejak saat itu, mereka bersahabat. Persahabatan tersebut bukan hanya pertemanan antarindividu, melainkan pertemuan dua kutub latar belakang status sosial yang berbeda. Hal itu tergambar pada kondisi keluarga Aldo dan teman-teman Rara, antara si miskin dan si kaya. Persahabatan Aldo dan Rara tidak berjalan mulus. Ibu dan kakak perempuan Aldo menganggap teman-teman baru Aldo sebagai perusak ketenangan di rumah mereka. Sementara itu, kemewahan rumah Aldo dengan banyak jendela menularkan obsesi untuk memiliki rumah berjendela di kalangan teman-teman Rara.
4.Tafsiran isi 2Layaknya dongeng anak-anak dalam majalah Bobo, film “Rumah Tanpa Jendela” menyampaikan ajaran moral pada anak-anak untuk menghadapi realita sosial dalam masyarakat yang terfragmentasi dalam perbedaan, baik secara struktur sosial-ekonomi maupun kondisi fisik/mental. Fungsi ideologis yang ditawarkan film musikal adalah resolusi dari ketakutan akan perbedaan yang diwakili oposisi biner dalam naratif. Namun, permasalahan dari film musikal anakanak adalah bahwa ia menawarkan resolusi yang dibayangkan oleh pembuat film agar bisa dipahami oleh anak-anak. Hal ini hanya dimungkinkan dengan melakukan penyederhanaan. Penyederhanaan posisi berlawanan si miskin dan si kaya terwakili oleh narasi sosialekonomi Aldo dan Rara. Aldo, si kaya, memiliki berbagai privilege (mobil mewah, rumah mewah, supir, pembantu, dan sekolah khusus). Sementara itu, Rara mewakili narasi kemiskinan dalam segala keterbatasan materialnya: rumah tanpa jendela, sekolah seadanya, dan kerja sampingan. Oleh sebab itu, perbedaan si miskin dan si kaya dalam film ini adalah ia yang berpunya dan ia yang tak-berpunya.
5.Tafsiran isi 3Dalam film “Rumah Tanpa Jendela” sikap moral yang disarankan kepada penonton adalah bersyukur. Rara menginginkan hal yang tak mungkin menjadi miliknya, yaitu kemewahan berupa rumah berjendela. Aldo memungkinkan Rara mengakses ini dan bahkan yang lebih lagi: kolam renang, mobil, buku, dan krayon. Namun, keinginan Rara itu dimaknai sebagai keinginan yang berlebihan ketika ia “dihukum” dengan kompensasi yang harus ia bayar. Logika pemaknaan tersebut bekerja ketika Rara yang larut dalam kesenangan borjuis (pesta ulang tahun kakak Aldo) pulang untuk menemukan rumahnya habis terbakar, Si Mbok tergeletak koma dan ayahnya meninggal dunia. Keinginan Rara untuk memiliki sesuatu, alih-alih dimaknai sebagai hasrat kepemilikan yang lumrah dimiliki semua orang, justru dianggap sebagai sesuatu yang menyalahi/mengingkari takdirnya sebagai orang yang tidak berpunya.
6.Tafsiran isi 4Lebih jauh lagi, kemalangan Rara tersebut digunakan sebagai pelajaran yang bisa dipetik bagi keluarga Aldo, bahwa mereka harus bersyukur atas semua yang mereka punyai (harta dan keluarga yang utuh), sementara ada orang-orang yang tidak berpunya seperti Rara. Oleh karena itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka dapat ini, keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya dengan membayarkan biaya rumah sakit serta memberikan penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta. Dengan begitu, mereka melakukan kewajiban membalas budi tanpa perlu mengorbankan kenyamanan dengan berbagi kepemilikan ataupun terlibat secara dekat.
7.Tafsiran isi 5Dalam model utopia (khayalan) yang terdapat di dalam film tersebut, anak-anak menjadi “penanda” dari kelahiran atau takdir manusia. Permasalahan yang dimiliki anak-anak ini diperlihatkan sebagai sesuatu yang alami dengan lebih menekankan cara menghadapi permasalahan alih-alih mempertanyakan penyebabnya. Hal ini paling tampak dalam posisi biner permasalahan Aldo dan Rara. Kekurangan pada diri Aldo yang mewakili aspek natural takdir disandingkan dengan kemiskinan Rara sehingga membuat kemiskinan ternaturalisasikan lewat logika pemahaman yang sama, alih-alih hasil dari ketidakadilan distribusi kekayaan yang didukung negara, film ini menggambarkan kemiskinan sebagai bagian dari takdir manusia.
8.Tafsiran isi 6Jendela dalam film “Rumah Tanpa Jendela” merupakan sebuah metafora yang mengena. Jendela memungkinkan seseorang untuk mengakses dunia lain (dari dalam atau dari luar) tanpa meninggalkan tempatnya. Jendela memungkinkan orang melihat, bukan terlibat jika dibandingkan dengan pintu yang menyediakan akses untuk masuk/ keluar. Jendela adalah rasa syukur atau konsep penerimaan atas suatu kondisi. Dengan si miskin berlapang dada menerima kondisinya dan si kaya belajar bersyukur dari kemalangan si miskin, masyarakat borjuis yang sempurna dan harmonis akan tercipta.
9.Tafsiran isi 7Dongeng semacam inilah yang ditawarkan “Rumah Tanpa Jendela” pada penonton yang mereka sasar, tidak lain tentu anak-anak kelas menengah atas yang mampu mengakses bioskop sebagai bagian dari leisure activity. Sebuah dongeng untuk membuai mereka dalam mimpi-mimpi borjuis, agar mereka nanti terbangun sebagai manusia-manusia borjuis dewasa yang diharapkan bisa meneruskan tatanan masyarakat, yang kemiskinan dan kekayaan ternaturalisasi sebagai takdir dan karenanya tidak perlu dipertanyakan. Karena hanya dalam kondisi itulah, si kaya termungkinkan ada dan bisa melanjutkan upaya memperkaya diri mereka; dengan membiarkan kemiskinan ada dan ‘tidak tampak’ di depan mata.
10.Evaluasi 1Sayang, sebagai sebuah film musikal, tidak banyak yang disumbangkan oleh lagu-lagu yang dinyanyikan dan ditarikan dalam film ini, kecuali penekanan dramatis belaka. Satu-satunya yang terwakili oleh scene-scene musikal dan gerak kamera serta editing yang kadang hiperaktif adalah energi dan semangat kanak-kanak. Adegan musikal kebanyakan merupakan penampilan kolektif, jarang ada penampilan tunggal (solo). Penekanan pada kolektivitas ini merupakan salah satu “karateristik” film musikal klasik Hollywood yang ingin menjual ideide soal komunitas dan stabilitas sosial, baik relasi interkomunitas (konflik keluarga Aldo) maupun antarkomunitas (konflik antara keluarga Aldo dan komunitas Rara).
11.Evaluasi 2Penggambaran kemiskinan dalam film tersebut tidak berlebihan. Film tersebut menggambarkan keluarga baik-baik dan protektif untuk meyakinkan bahwa pergaulan Rara terbebas dari eksploitasi maupun perilaku destruktif yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat miskin di belahan dunia manapun. Lagipula, memakai perspektif realisme sosial dalam menilai film musikal adalah sia-sia, mengingat film musikal sendiri menawarkan utopia dalam bentuk hiburan dengan mengacu pada diri sendiri (self-reference). Dalam hal ini, film musikal mengamini konsep “film yang menghibur” sebagai utopia itu sendiri. Namun, pertanyaannya adalah utopia menurut siapa?
12.RangkumanDari paparan tadi, dapat disimpulkan bahwa film “Rumah Tanpa Jendela” memungkinkan kita bicara mengenai posisi biner kelas sosial-ekonomi lewat model film musikal klasik ala Hollywood. Film ini menawarkan model utopia dalam merespons kondisi masyarakat Indonesia yang terfragmentasi dalam kelas-kelas sosial-ekonomi, yaitu utopia atau kondisi hidup ideal yang dibayangkan oleh kelas menengah atas.
(Diadaptasi dari: http://filmindonesia.or.id)
 Teks ulasan adalah teks yang mengulas sebuah fenomena ataupun sesuatu misalnya buku Struktur Teks “Rumah Tanpa Jendela”
Informasi Teks
  1. Genre film yang ditawarkan dalam film “Rumah Tanpa Jendela” itu adalah film musikal. Di negara mana genre film tersebut dikembangkan? Film tersebut dikembangkan di Hollywood mengacu pada kecenderungan film-film musikal klasik tahun 1930-1960.
  2. Apa yang menjadi inspirasi dalam pembuatan film tersebut? Film tersebut terinspirasi oleh The Prince and The Pauper karya Mark Twain.
  3. Siapa tokoh utama dalam film “Rumah Tanpa Jendela”? Tokoh utama film tersebut adalah Aldo dan Rara.
  4. Apa yang diinginkan oleh Rara? Yang diinginkan Rara adalah kemewahan berupa rumah berjendela.
  5. Apa yang diinginkan oleh Aldo? Aldo menginginkan terpenuhinya kebutuhan fisiknya.
  6. Simbol apa yang tersirat dari persahabatan Aldo-Rara? Simbol yang terdapat dalam persahabatan Aldo dan Rara adalah Opposite attracks (sesuatu hal yang bertentangan atau berlawanan).
  7. Apa istilah untuk menunjukkan dua sisi yang berseberangan dalam teks ulasan tersebut? Dua sisi yang berseberangan dalam ulasan tersebut adalah langit dan bumi, kaya dan miskin
  8. Peristiwa apa yang dialami Rara? Peristiwa yang dialami Rara adalah ketika ia pulang untuk menemukan rumahnya habis terbakar, Si Mbok tergeletak koma dan ayahnya meninggal dunia.
  9. Simbol apa yang tersirat dalam peristiwa tersebut menurut pandangan sang penulis teks ulasan?Simbol persahabatan tanpa memandang status
  10. Apa pesan moral yang terdapat dalam teks ulasan itu? Pesan moral dalam teks tersebut adalah menyampaikan ajaran moral pada anak-anak untuk menghadapi realita sosial dalam masyarakat yang terfragmentasi dalam perbedaan, baik secara struktur sosial-ekonomi maupun kondisi fisik/mental. Intinya kita banyak-banyak Bersyukur kepada tuhan.
Tahap orientasi merupakan tahap pengenalan. Di sana terlihat gambaran umum tentang film “Rumah Tanpa Jendela”. Beberapa informasi yang disampaikan dalam teks antara lain sebagai berikut.
  1. Informasi dalam orientasi tahap1: Di Hollywood terdapat sebuah tradisi dimana mereka mengembangkan tradisi film musikal sejak tahun 1930 - 1960 an. berpaku pada hal oposisi biner , dan hal ini ada dalam film Rumah Tanpa Jendela
  2. Informasi dalam orientasi tahap 2: Dalam film tersebut terdapat tokoh Aldo yang terinspirasi dari model biner dalam dongen yang berjudul " The prince and The pauper " Karya Mark Twain. Disini Aldo mewakili tokoh yang kaya  namun memiliki kekurangan dan si Rara ada tokoh yang miskin dan memiliki impian yang kemudian hari harus ia bayar mahal.
  3. Informasi dalam tafsiran isi tahapan 1 : Sesuai dengan tradisi opposite attracks , dalam cerita tersebut terdapat Aldo dan Rara yang memiliki status sosial ekonomi yang jauh berbeda. Dimulai karena suatu kecelakaan kecil dan kemudian mereka menjadi bersahabat. Namun karena kehadiran Rara membuat keluarga dari pihak Aldo terganggu sedangkan dari pihak teman - teman Rara justru membuat mereka semakin terobsesi untuk memiliki rumah berjendela karena melihat rumah Aldo yang memiliki jendela.
  4. Informasi dalam tafsiran isi tahap 2 : Kesulitan dalam sebuah film musikal adalah penyampaiannya pada penonton , tertama film musikal anak-anak.Namun dalam film ini tampak jelas dari dua pihak narasi yaitu Aldo dan Rara yang di wakilkan dengan gambaran yang jelas bahwa Aldo adalah tokoh yang kaya dan Rara adalah tokoh yang miskin dengan apa yang mereka miliki dan kenakan.Dan dalam film ini pun tersampaikan dengan jelas pesan moralnya yaitu saling menghargai meski kita berbeda status sosial ekonomi atau fisik.
  5. Informasi dalam tafsiran isi tahap 3 : Pada film Rumah Tanpa Jendela ini terdapat pesan moral yang disampaikan adalah bersyukur, Seperti yang tampak pada tokoh Rara yang menginginkan rumah yang berjendela atau kemewahan dan kemudian Aldo memberikan akses untuk semua itu, namun di sisi lain Rara di anggap tidak bersyukur atas takdirnya sehingga ia harus membayar mahal dengan orang tuanya yang meninggal , neneknya masuk rumah sakit dan rumahnya yang kebakaran.
  6. Informasi dalam tafsiran isi tahap 4 : Namun disisi lain dari film ini si kaya pun mendapatkan sebuah pelajaran yang berharga juga bahwa mereka ( keluarga Aldo ) patutnya bersyukur karena mereka masih memiliki keluarga yang utuh dan harta yang berlimpah. Oleh karena itu mereka membalas budi dengan memberikan tempat tinggal bagi Rara dan mboknya di vila mereka yang jauh dari Jakarta dan membayar semua biaya rumah sakit , jadi mereka dapat membalas budi serta tidak terganggu kenyaman mereka dirumah.
  7. Informasi dalam tafsiran isi tahap 5 : Dalam film ini menggambarkan sebuah kemiskinan adalah bagian dari takdir manusia. 
  8. Informasi dalam tafsiran isi tahap 6 : Jendela dalam film ini merupakan metafora yang mengena dimana jendela merupakan sebuah alat untuk mengakses baik dari luar atau dalam dan juga melihat. Jadi intinya baik miskin atau kaya diminta untuk sama-sama bersyukur atas apa yang telah mereka miliki.
  9. Informasi dalam tafsiran isi tahap 7 : Dalam kondisi yang di sajikan oleh film Rumah Tanpa Jendela ini lebih di tujukan pada anak-anak kelas menengah keatas yang memungkinkan mereka mengakses bioskop, jadi oleh karena itu diharapkan kelak mereka akan menjadi pribadi yang baik saat dewasa dan bila mereka kaya mereka akan semakin meperkaya diri tanpa perlu mempertanyakan mengapa ada kemiskinan dan yang miskin tidak terlalu kentara.
  10. Informasi dalam tafsiran evaluasi tahap 1 : Dalam film ini disayangkan hanya banyak penekanan adegan dramatis saja dibanding dengan lagu-lagu atau tarian yang merupakan karakteristik dari film musikal.
  11. Informasi dalam tafsiran evaluasi tahap 2 : Bila di perhatikan lebih, maka penggambaran dalam film ini tidak berlebihan.
  12. Informasi dalam tafsiran rangkuman: Dapat disimpulkan bahwa film Rumah Tanpa Jendela itu menginginkan kita untuk belajar bersyukur dan bagaimana kita merespon keadaan sosial ekonomi.
Perhatikan kembali bahasan tentang teks ulasan film ”Rumah Tanpa Jendela” di atas. Penulis ulasan atau resensi tersebut melontarkan pujian, sekaligus kritikan terhadap film tersebut.
  1. Jendela dalam “Rumah Tanpa Jendela” merupakan sebuah metafora yang mengena. Sayang, sebagai sebuah film musikal, tidak banyak yang disumbangkan oleh lagu-lagu yang dinyanyikan dan ditarikan dalam film ini,kecuali penekanan dramatis belaka.
  2. Kemiskinan Rara sehingga membuat kemiskinan ternaturalisasikan lewat logika pemahaman yang sama film ini menggambarkan kemiskinan sebagai bagian dari takdir manusia. Film ini menggambarkan kemiskinan sebagai bagian dari takdir manusia.
  3. Cerita yang disampaikan menarik, bisa dijadikan sebagai motivasi. Ada beberapa kata yang kurang baik atau kurang sopan diucapkan.